PGI Gelar Ibadah Awal Tahun 2024, Sekum PGI: Tinggalkan Tahun 2023 Dengan Penuh Syukur

Sekretaris Umum PGI Pdt. Jackelvyn Fritz Manuputty. (Foto: PGI)

Jakarta - PGI menggelar ibadah awal tahun dalam rangka memulai tahun pelayanan di tahun 2024. Ibadah ini digelar di Auditorium Grha Oikoumene, Jakarta, Jumat (5/1/2024).

Dalam sambutannya, Sekretaris Umum PGI Pdt. Jackelvyn Fritz Manuputty mengatakan melangkah meninggalkan tahun 2023 dengan penuh Syukur. Pada perhentian ini kita lega dan mengakui, sekalipun perjalanan pelayanan cukup berat sebagai gereja dan bangsa, namun tiba dengan selamat di saat ini dan tempat ini. Allah Tritunggal sudah menolong kita sampai sejauh ini, karenanya pada perhentian ini, sebagai gereja kita patut menyebut Eben Haezer, sampai disini Tuhan menolong kita.

“Pengakuan ini penting bagi kita untuk menapaki tahun pelayanan 2024 di dalam keyakinan bahwa Sang Immanuel akan tetap menuntun kita untuk menghadirkan damai Sejahtera Allah melalui pelayanan kita dalam lingkup Gerakan Oikoumene, maupun dalam hidup berbangsa dan bernegara,” tandasnya.

Lebih jauh dijelaskan, mengawali tahun 2024, PGI dan semua gereja anggotanya diperhadapkan pada dinamika politik kebangsaan yang menuntut keterlibatan, dan partisipasi kebangsaan kita sepenuhnya. Pilpres, Pileg, dan Pilkada akan berlangsung sepanjang tahun 2024. PGI memandang bahwa semua even ini adalah sarana konstitusional yang beretika, yakni jujur dan adil, untuk melahirkan pemerintahan yang sah dan legitimate sesuai dengan kehendak rakyat.

“Kami bersyukur bahwa menjelang Pilpres dan Pemilu kali ini, tidak terlihat banyak gejolak di antara kubu-kubu yang berkontestasi. Ruang media sosial kita tidak dibanjiri oleh caci maki, hoaks, dan pelintiran kebencian, sebagaimana terjadi dalam pemilu dan pilpres sebelumnya,” ujarnya.

Menurut Sekum PGI, sekalipun demikian gereja-gereja diminta tidak berdiam diri untuk selalu menawarkan harapan alternative di tengah situasi dimana kecemasan, ketakutan, dan kekecewaan berkembang. Gereja terpanggil untuk merestorasi harapan dari masyarakat, saat berkembangnya imoralitas akibat perebutan kuasa yang mengingkari martabat kemanusiaan dan kebangsaan.

Dalam kaitan ini, dia melihat amatlah penting bagi gereja-gereja sebagai lembaga moral dan keumatan untuk menekankan signifikansi etika dan moral dalam pelaksanaan Pemilihan Umum, selain kepastian penegakan hukum yang mengatur seluruh proses Pemilu, dan memenuhi rasa keadilan masyarakat. Ketika etika dan moral ditegakkan, warga negara dapat memiliki keyakinan pada integritas sistem pemilihan dan percaya bahwa suara mereka akan dihitung dengan akurat.

“Untuk memenuhi panggilannya di dunia politik kebangsaan, gereja harus berdiri tegak di antara dua ekstrim. Ekstrim pertama adalah sikap acuh tak acuh karena menganggap politik itu kotor, dan karenanya menarik diri dari tanggung-jawab politik. Ekstrim kedua adalah sikap kompromis yang turut melegalkan kebobrokan politik. Pengutusan untuk menjadi garam dan terang dunia (Mat 5:13-16), secara eksplisit menempatkan gereja Tuhan dan umat-Nya dalam proses menggarami dan menerangi yang tak berkeputusan,” katanya.

Pdt. Jacky menegaskan, tahun 2024 akan menjadi panggung bagi bangsa Indonesia untuk mendefinisikan jalannya sejarah bangsa ini melalui pembangunan peradaban politik yang beradab dan bermartabat. Bersama semua elemen bangsa, PGI terpanggil untuk membangun optimisme bagi kemajuan bangsa ini, mendoakan bangsa ini, dan berpartisipasi dalam semua upaya baik untuk menghadirkan keutuhan dan kesejahteraan bagi masyarakat dan lingkungan hidupnya.

Sementara itu, Menkopolhukam RI Prof. Mahfud MD dalam sambutannya mengingatkan, bahwa memperkuat moderasi beragama menjadi keniscayaan untuk membangun negara yang kuat. Rasa saling menghargai dan menghormati sesama umat beragama akan memperkokoh pilar pembangunan bangsa.

“Saat ini bangsa kita akan menghadapi tahun politik yang cukup berat, dengan segala dinamikanya. Berkaca pada pengalaman-pengalaman Pemilu yang lalu, maka adalah penting untuk terus memperkuat keberagaman kita dengan spirit persatuan yang didengungkan, termasuk oleh para rohaniawan,” ujarnya.

Prof. Mahfud pun melihat, bangsa ini dibangun atas dasar semangat persatuan. Karenanya, rasa saling menghargai sebagai sesama anak bangsa harus menjadi modal penting dalam menghadapi tahun politik ini.

Ibadah Awal Tahun PGI, tidak hanya dihadiri oleh MPH-PGI, staf dan karyawan, perwakilan lembaga mitra, aktivis lintas iman, Ketua Pengurus Yakes PGI Cikini yang juga ketua panitia acara Dr. Agustine Teras Narang, tetapi juga pejabat pemerintah diantaranya Wamen KLHK Drs. Alue Dohong, Dirjen P2P Kemenkes RI Dr.dr. Maxi R. Rondonuwu, Deputi 2 KSP Abetnego Tarigan, Deputi 1 KSP Febry C. Tetelepta, Kemenparekraf Bernadette Dian, Ketua Komnas HAM Dr. Atnike N. Sigiro, dan Komisioner Komnas HAM Saurlin P. Siagian.

(Markus Saragih  / PGI)